Jangan Anggap Kami Sampah!

Jangan Anggap Kami Sampah!

Anak Jalanan Belajar Buat Sablon Tangan-tangan itu bergerak ke sana ke mari menggoreskan tinta hitam. Membentuk garis dari titik satu ke titik yang lain, hingga tercipta sebuah gambar yang menarik. \"coverstory\"SEKELOMPOK pemuda usia belasan tahun berkumpul di Ruang Alternatif Kebon Pelok Jl Pramuka Nomor 6, Rabu (2/12). Tak sedikit dari mereka berambut gondrong dan menggunakan anting berwarna hitam. Apa ada konser musik punk? Bukan. Mereka adalah anak-anak binaan Wadah Creative (Wadcrev) yang tengah mengikuti pelatihan sablon. Pemuda tersebut adalah anak-anak jalanan yang dibina Wadcrev untuk terlibat dalam kegiatan positif. Ya, pelatihan sablon ini adalah salah satu kegiatan Wadcrev. Anak-anak jalanan yang kebanyakan adalah anak putus sekolah dengan antusias mengikuti pelatihan yang bertajuk \"Print It Out\" itu. Bermodal kertas putih, pena, dan spidol hitam, pemuda-pemuda itu asyik berimajinasi dan membuat gambar sesuka hati. Ada yang membuat gambar \"Polusi Udara\", dengan ilustrasi seseorang berada di dalam tabung yang dipenuhi kepulan asap. Ada juga yang membuat gambar dengan tulisan \"Bagi kami kreasi bukan tradisi, melainkan harta yang tak terbeli. Bagi kami, jalanan adalah sekolah. Tapi ingat, jangan anggap kami sampah.\" Sebuah tulisan menggugah siapapun yang membacanya. Selain itu, ada juga yang membuat gambar dengan tulisan nama sendiri. Seperti Soewandi. \"Ini nama saya, bagus kan?\" ujar Suwandi saat menunjukkan gambar buatannya berupa tulisan \"SOEWANDI\" ala-ala seni grafiti. Tak hanya Soewandi, ada juga Muhammad atau yang akrab disapa Muh. Muh membuat gambar berupa tulisan \"Kidz Rock\". Muh ternyata pengamen jalanan yang mempunyai cita-cita menjadi musisi profesional. Muh dan teman-teman pengamen lainnya pernah menjadi juara 1 dalam lomba musik anak jalanan yang diselenggarakan di Kabupaten Cirebon dan pernah diundang untuk mengisi acara yang dihadiri oleh Bupati Cirebon. Soewandi, Muh dan pemuda lainnya terlihat semangat mengikuti seluruh tahap penyablonan. Mulai dari menggambar untuk klise sablon hingga proses pengeringan screen atau layar yang akan digunakan untuk menyablon. Sambil menunggu giliran membuat screen untuk menyablon, tak jarang dari mereka bernyanyi dengan gitar akustik yang ada untuk mengusir kebosanan. Ya, itulah yang menjadi keinginan dari Wadcrev. Melihat anak-anak jalanan menyalurkan bakatnya, berbuat positif tanpa harus \'berkeliaran\' di jalan dan dicap negatif oleh masyarakat. \"Dalam diri mereka sebetulnya punya keinginan untuk berkarya,\" ujar Pendiri Wadcrev, Uun Kurniasih. Dalam hal pembinaan ini, Uun pun menggandeng Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Kabupaten Cirebon dan pemuda-pemudi dari Ruang Alternatif Kebon Pelok yang memang aktif di bidang sosial dan pembinaan kreativitas anak muda Cirebon. Uun berharap dari kegiatan ini, anak-anak jalanan bisa menggali potensi dan bakatnya. Bukan saja pelatihan sablon, ke depan akan ada workshop tentang elektronik yang targetnya pun anak-anak jalanan. Tak hanya itu, pihaknya juga membina anak-anak jalanan yang ahli dalam bidang musik. \"Gak sedikit dari mereka ada juga yang melanjutkan sekolah kejar paket C,\" tuturnya. Sementara itu, Rezky Aditya dari Ruang Alternatif Kebon Pelok sangat mendukung kegiatan Wadcref. Menurutnya, ini hal yang positif untuk membina anak-anak jalanan. \"Anak jalanan harus kita rangkul, mereka punya hak untuk berkembang dan melanjutkan kehidupannya lebih baik,\" pungkasnya. (mike dwi setiawati)    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: